Minggu, 24 Februari 2013

khotbah di tempt pelayanan


Teks     : Matius 7 :24 – 27
Tema   : Murid Sebagai pelaku Perkataan Yesus

           
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, jika kita ditanya sudah berapa kalikah kita mendengarkan khotbah sampai saat ini, yah mungkin 100, 200 atau mungkin 1000, tapi pertanyaan selanjutnya, dari seribu khotbah yang telah kita dengar sampai saat ini, berapa khotbah yang saat ini masih kita ingat, 500, 100, ataw heem terlalu besar, yah 10, 9, 8 ataw hanya khotbah minggu kemarin yang kita ingat.... saudara-saudari dari penelitian yang saya lihat ternyata, hampir sama sekali kita jarang bahkan malah lupa setiap khotbah yang telah kita dengar, ehmm menurut saya, tidak apa-apa tetapi jika ditanya lagi, berapa khotbah yang telah mengubah saudara itu baru luar biasa, yah kalo hanya mengingat gak apa-apalah luppa, tapi apakah kita telah diubah ataw tidak melalui  setiap khotbah itu, itulah yang penting?...
 Isi
            Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Fokus pembacaan kita pada hari ini di dalam perumpamaan adalah dua orang yang membangun rumah, bukan pada dua macam dasar rumah atau pada tipe rumah yang dibangun atau dua keadaan akhir rumah. Karena menurut saya yang penting ialah dua orangnya dua karakternya ataw dua pribadinya, karena yang membangun itu jelas adalah pribadi-pribadinya, oleh karena itu kita akan belajar dari dua karakter ataw pribadi dua orang tersebut dan inilah sebenarnya kunci untuk mengerti setiap perumpamaan Yesus.
Di dalam perumpamaan dijumpai dua karakter pembangun rumah. Pembangun rumah pertama menyadari bahwa penetapan fondasi menentukan masa depan rumah. Orang itu mendirikan rumahnya di atas batu karena menyadari akan datangnya hujan, banjir dan angin. Oleh karena itu Membuat keputusan untuk membangun rumah di atas batu merupakan keputusan tepat. Karakter pembangun rumah pertama disebut bijaksana karena menyadari masa depan rumah yang dibangunnya ditentukan dari sekarang. Pembangun rumah pertama dikatakan bijaksana karena melihat jauh ke depan dan tidak terbatas pada keadaan masa kini. Mungkin keadaan masa kini aman-aman saja. Namun ia dapat melihat buhkan keadaan masa kini saja, tetapi masa depan. Dan terbukti Kebijaksanaannya terlihat saat ia mampu mengantisipasi datangnya berbagai bencana yang akan melanda rumahnya. Hal-hal yang akan menghancurkan rumah sudah diperhitungkan sejak awal ia membangun rumah. Fondasi rumah yang dipilih sekarang menentukan akhir sejarah rumah yang dibangun. Fondasi rumah yang kukuh mampu memberi respons tepat ketika datang hujan dan badai. Rumah mampu bertahan menghadapi hujan, banjir dan angin dan berdiri teguh karena fondasi yang kuat mampu mendukung beban berat yang ditimbulkannya. Inilah alasan mengapa pembangun pertama memilih fondasi batu untuk dasar rumahnya. Artinya ialah Karakter bijaksana membangun rumahnya di atas fondasi batu untuk mengantisipasi datangnya krisis. Ia tidak hanya melihat ke depan tetapi melihat bencana di masa depan.

Berbeda dengan karakter pertama, karakter kedua membangun rumahnya di atas pasir. Pembangun rumah kedua tidak merasa perlu membangun rumah di atas batu karena tidak merasa perlu memperhitungkan adanya bencana. Penglihatannya terbatas pada masa pembangunan rumah saja. Ia tidak melihat perlunya persiapan menghadapi bencana. Datangnya hujan, badai dan angin dianggap sepi. Ia tidak merasa perlu melakukan persiapan menghadapi krisis. Ia tidak memilih fondasi batu tetapi fondasi pasir. Memang benar ketika suasana biasa-biasa saja rumah itu teguh berdiri. Karakter kedua membangun rumah diatas fondasi pasir. Fondasi ringkih akan menghancurkan rumah saat diterpa hujan, badai dan angin. Inilah mengapa karakter kedua disebut bodoh. Ia bodoh bukan karena memilih pasir sebagai pondasi rumah. Tanpa hujan, badan dan angin kedua rumah tegak berdiri.Karakter keduadisebut bodoh karena ia menutup mata terhadap datangnya krisis di masa depan.Ia tidak mengantisipasi datangnya masa depan.
 Jemaat Tuhan, kita dapat melihat Karakter-karakter dalam perumpamaan pembangun rumah yang disebut orang bijaksana atau orang bodoh karena perbedaan melihat masa depan. Orang yang bijaksana membangun di atas batu, sedang yang bodoh membangun diatas pasir. Perbedaan dasar keduanya baru terungkap ketika bencana melanda masing-masing rumah yang dibangun. Disamping perbedaan antara karakter bodoh dan bijak, persamaan keduanya juga terlihat. Mereka sama-sama membangun rumah. Nampaknya kualitas bangunan keduanya tidak berbeda. Kedua rumah berdiri tegak sampai hujan, badai dan angin datang menerpa kedua rumah. Rumah orang bodoh hancur disebabkan fondasinya. Rumah orang bijaksana tetap teguh. Bijaksana karena memperhitungkan adanya bencana di masa depan. Bijaksana karena memersiapkan diri menghadapi bencana dan bodoh karena mengabaikan kemungkinan adanya bencana.
 Kira-kira- jika saya bertanya kepada setiap kita, karakter manakah yang saudara pilih, atau karakter manakah yang kita miliki, tentu dari beberapa kita ada yang ahli bangunan, sehingga ia pasti tahu karakter mana yang benar. Jemaat yang terkasih, mengikut Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah, barang siapa yang mau mengikut Aku ia harus memikul salibku.... Tuhan tidak menjanjikan sukacita didunia ini, tetapi ia memberikan anda dan saya hadia yang begitu mulia, yaitu salib. Setiap orang yang mau memikul salib ialah mereka yang mau melakukan Firman itu di dalam hidupnya sehari-hari. Baik pada saat kita bekerja dan berusaha, lakukan lah firman itu..jangan sampai kesibukan kita, baik itu ke ladang, ngederes karet, atau yang lainnya membuat kita lupa dengan firman Tuhan, maka jelas jika kita sampai lupa Tuhan, yang kita kerjakan ialah untuk kepuasaan diri kita sendiri dan mamon, yaitu harta yang menguasai kita. Firman Tuhan berkata “ dimata harta mu berada disitu juga hatimu berada” inilah yang terjadi jika hati kita telah dikuasai mamon sehingga, kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan lagi kepada Tuhan. Walaupun nanti kita dapat harta yang melimpah tapi jelas, kita tdak akan memiliki kebahagiaan. Kebahagiaan yang sejati hanya ada di dalam firman Tuhan yang kita baca, renungkan dan lakukan. Amiiin
Artinya ialah  Mendengarkan khotbah Yesus menuntut suatu jawaban dalam bentuk tindakan nyata. Khotbah Yesus bukan untuk didengar saja, tetapi terutama untuk dilakukan dalam kehidupan di dunia. Perkataan Yesus yang didengar harus diterjemahkan ke dalam bentuk perbuatan sehari-hari. .Ini juga respons yang diharapkan muncul dalam hidup murid Yesus setelah mendengar khotbah-Nya. Hanya dengan melakukan perkataan Yesus seorang murid dapat mengarungi bahtera kehidupan dengan selamat dan bahagia. PerkataanYesus harus  di ubah menjadi perbuatan. Perubahan  perkataan menjadi perbuatan bagaikan perahu yang membawa murid Yesus melintasi ganasnya gelombang samudera kehidupan raya menuju pelabuhan kehidupan yang berhasil dan sukacita.Jika perkataan tidak diubah menjadi perbuatan, maka manusia akan tenggelam dihempas badai topan kehidupan.Perumpamaan pembangun rumah pada akhir Khotbah Yesus di bukit menggoreskan pesan bahwa pelaku perkataan Yesus akan bertahan menghadapi gelombang kehidupan dalam perjalanannya mengikut Yesus karena ia berdiri pada pondasi yang teguh. Ia teguh berdiri karena tempatnya berpijak tidak lain adalah hidup yang melakukan perkataan Yesus. Tentunya hal ini tidak mudah, bagaimana kita bisa melakukan perkataan Yesus, sungguh sulit bukan, apakah saya dapat memaafkan dia, apakah saya harus jujur kepadanya, apakah saya tidak boleh mendendam, apakah saya tidak boleh marah...jemaat Tuhan, ini Sungguh sangat sulit namun jika kita mau terus mencoba dan berlatih maka kita akan bisa melakukan perkataan Yesus.. Sama seperti kehidupan manusia lainnya, latihan menjadi kunci keberhasilan. Atlit yang ingin sukses meraih medali emas atau memecahkan rekor dunia harus berlatih keras. Musisi yang handal lahir melalui latihan keras yang dijalaninya. Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Latihan rohani yang terus menerus membawa seseorang ke tingkat spiritualitas atau tingkat kerohanian yang lebih dalam. Itu karena ia terus membagi waktu untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan itu, sehingga ia dapat melakukannya. Saudara –saudari, salah seorang tokoh terbesar Hindu yang berasal dari India, Mahatma Gandhi, dia merupakan seorang tokoh yang turut melahirkan agama hindu, beberapa waktu sebelum ia meninggal, ia sempat di panggil untuk memberikan ceramah di sebuah universitas nomor satu di amerika. Yaitu OXFOR, setelah selesai ceramah, ia di tanya oleh seorang mahasiswa, ia bertanya “ Bapak Gandi, kenapa hampir seluruh ajaran anda, anda memakai khotbah di bukit sebagai dasar ajaran anda...... ia langsung terdiam sesaat.... lalu ia kembali melihat seorang mahasiswa itu dan berkata...”untuk menjadi pengikut Kristus...saya tidak perlu menjadi Kristen.... saudara  kenapa dia berkata seperti itu, memang dia adalah pengikut Kristus, namun ia kecewa dengan orang – orang Kristen Inggris yang menjajah pada saat itu di India, dia tidak di ijinkan masuk ke gereja hanya karena ia miskin, sejak itu ia benci dengan orang Kristen, namun ia di akhir hidupnya pada saat ia meninggal, ia menyanyi sebuah lagu bahwa ia tetap setia untuk mengikut Kristus sampai mati! Saudara kita memang berkata bahwa kita adalah orang Kristen, tapi pertanyaannya adalah hidup kita sudah sesuaikah dengan kata Kristen itu, kata Kristen itu berarti pengikut Kristus, di dalam ayat yang sebelumnya berkata ayat 21. “ Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga! Jadi saudaraku, lakukanlah firman Tuhan maka saudara akan memperoleh sukacita dan kedamaian di dunia ini, bahkan anda akan turut masuk ke dalam kerajaan Sorga. Tuhan Yesus memberkati.Soli Deo Gloria... Aminnn



Tidak ada komentar:

Posting Komentar