Teks :
Matius 7 :24 – 27
Tema :
Murid Sebagai pelaku Perkataan Yesus
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita
Yesus Kristus, jika kita ditanya sudah berapa kalikah kita mendengarkan khotbah
sampai saat ini, yah mungkin 100, 200 atau mungkin 1000, tapi pertanyaan
selanjutnya, dari seribu khotbah yang telah kita dengar sampai saat ini, berapa
khotbah yang saat ini masih kita ingat, 500, 100, ataw heem terlalu besar, yah
10, 9, 8 ataw hanya khotbah minggu kemarin yang kita ingat.... saudara-saudari
dari penelitian yang saya lihat ternyata, hampir sama sekali kita jarang bahkan
malah lupa setiap khotbah yang telah kita dengar, ehmm menurut saya, tidak
apa-apa tetapi jika ditanya lagi, berapa khotbah yang telah mengubah saudara
itu baru luar biasa, yah kalo hanya mengingat gak apa-apalah luppa, tapi apakah
kita telah diubah ataw tidak melalui
setiap khotbah itu, itulah yang penting?...
Isi
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Fokus pembacaan kita pada hari ini di dalam perumpamaan
adalah dua orang yang membangun rumah, bukan pada dua macam dasar rumah atau
pada tipe rumah yang dibangun atau dua keadaan akhir rumah. Karena menurut saya
yang penting ialah dua orangnya dua karakternya ataw dua pribadinya, karena
yang membangun itu jelas adalah pribadi-pribadinya, oleh karena itu kita akan
belajar dari dua karakter ataw pribadi dua orang tersebut dan inilah sebenarnya
kunci untuk mengerti setiap perumpamaan Yesus.
Di
dalam perumpamaan dijumpai dua karakter pembangun rumah. Pembangun rumah
pertama menyadari bahwa penetapan
fondasi menentukan masa depan rumah. Orang itu mendirikan rumahnya di
atas batu karena menyadari akan datangnya hujan, banjir dan angin. Oleh karena
itu Membuat keputusan untuk membangun rumah di atas batu merupakan keputusan
tepat. Karakter pembangun rumah pertama disebut bijaksana karena menyadari masa
depan rumah yang dibangunnya ditentukan dari sekarang. Pembangun rumah pertama
dikatakan bijaksana karena melihat jauh ke depan dan tidak terbatas pada
keadaan masa kini. Mungkin keadaan masa kini aman-aman saja. Namun ia dapat
melihat buhkan keadaan masa kini saja, tetapi masa depan. Dan terbukti Kebijaksanaannya
terlihat saat ia mampu mengantisipasi datangnya berbagai bencana yang akan
melanda rumahnya. Hal-hal yang akan menghancurkan rumah sudah diperhitungkan
sejak awal ia membangun rumah. Fondasi rumah yang dipilih sekarang menentukan
akhir sejarah rumah yang dibangun. Fondasi rumah yang kukuh mampu memberi
respons tepat ketika datang hujan dan badai. Rumah mampu bertahan menghadapi
hujan, banjir dan angin dan berdiri teguh karena fondasi yang kuat mampu
mendukung beban berat yang ditimbulkannya. Inilah alasan mengapa pembangun
pertama memilih fondasi batu untuk dasar rumahnya. Artinya ialah Karakter
bijaksana membangun rumahnya di atas fondasi batu untuk mengantisipasi
datangnya krisis. Ia tidak hanya melihat ke depan tetapi melihat bencana di
masa depan.
Berbeda dengan karakter pertama,
karakter kedua membangun rumahnya di atas pasir. Pembangun rumah kedua tidak merasa perlu membangun
rumah di atas batu karena tidak merasa perlu memperhitungkan adanya bencana.
Penglihatannya terbatas pada masa pembangunan rumah saja. Ia tidak melihat
perlunya persiapan menghadapi bencana. Datangnya hujan, badai dan angin
dianggap sepi. Ia tidak merasa perlu melakukan persiapan menghadapi krisis. Ia
tidak memilih fondasi batu tetapi fondasi pasir. Memang benar ketika suasana
biasa-biasa saja rumah itu teguh berdiri. Karakter kedua membangun rumah diatas
fondasi pasir. Fondasi ringkih akan menghancurkan rumah saat diterpa hujan,
badai dan angin. Inilah mengapa karakter kedua disebut bodoh. Ia bodoh bukan
karena memilih pasir sebagai pondasi rumah. Tanpa hujan, badan dan angin kedua
rumah tegak berdiri.Karakter keduadisebut bodoh karena ia menutup mata terhadap
datangnya krisis di masa depan.Ia tidak mengantisipasi datangnya masa depan.
Jemaat Tuhan, kita dapat melihat Karakter-karakter
dalam perumpamaan pembangun rumah yang disebut orang bijaksana atau orang bodoh
karena perbedaan melihat masa depan. Orang yang bijaksana membangun di atas
batu, sedang yang bodoh membangun diatas pasir. Perbedaan dasar keduanya baru
terungkap ketika bencana melanda masing-masing rumah yang dibangun. Disamping
perbedaan antara karakter bodoh dan bijak, persamaan keduanya juga terlihat.
Mereka sama-sama membangun rumah. Nampaknya kualitas bangunan keduanya tidak
berbeda. Kedua rumah berdiri tegak sampai hujan, badai dan angin datang menerpa
kedua rumah. Rumah orang bodoh hancur disebabkan fondasinya. Rumah orang bijaksana
tetap teguh. Bijaksana karena memperhitungkan adanya bencana di masa depan.
Bijaksana karena memersiapkan diri menghadapi bencana dan bodoh karena
mengabaikan kemungkinan adanya bencana.
Kira-kira- jika saya bertanya kepada setiap
kita, karakter manakah yang saudara pilih, atau karakter manakah yang kita
miliki, tentu dari beberapa kita ada yang ahli bangunan, sehingga ia pasti tahu
karakter mana yang benar. Jemaat yang terkasih, mengikut Tuhan bukanlah sesuatu
yang mudah, barang siapa yang mau mengikut Aku ia harus memikul salibku....
Tuhan tidak menjanjikan sukacita didunia ini, tetapi ia memberikan anda dan
saya hadia yang begitu mulia, yaitu salib. Setiap orang yang mau memikul salib
ialah mereka yang mau melakukan Firman itu di dalam hidupnya sehari-hari. Baik
pada saat kita bekerja dan berusaha, lakukan lah firman itu..jangan sampai
kesibukan kita, baik itu ke ladang, ngederes karet, atau yang lainnya membuat
kita lupa dengan firman Tuhan, maka jelas jika kita sampai lupa Tuhan, yang
kita kerjakan ialah untuk kepuasaan diri kita sendiri dan mamon, yaitu harta
yang menguasai kita. Firman Tuhan berkata “ dimata harta mu berada disitu juga
hatimu berada” inilah yang terjadi jika hati kita telah dikuasai mamon
sehingga, kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan lagi kepada Tuhan.
Walaupun nanti kita dapat harta yang melimpah tapi jelas, kita tdak akan
memiliki kebahagiaan. Kebahagiaan yang sejati hanya ada di dalam firman Tuhan
yang kita baca, renungkan dan lakukan. Amiiin
Artinya
ialah Mendengarkan khotbah Yesus
menuntut suatu jawaban dalam bentuk tindakan nyata. Khotbah Yesus bukan untuk
didengar saja, tetapi terutama untuk dilakukan dalam kehidupan di dunia.
Perkataan Yesus yang didengar harus diterjemahkan ke dalam bentuk perbuatan sehari-hari.
.Ini juga respons yang diharapkan muncul dalam hidup murid Yesus setelah
mendengar khotbah-Nya. Hanya dengan melakukan perkataan Yesus seorang murid
dapat mengarungi bahtera kehidupan dengan selamat dan bahagia. PerkataanYesus
harus di ubah menjadi perbuatan.
Perubahan perkataan menjadi perbuatan
bagaikan perahu yang membawa murid Yesus melintasi ganasnya gelombang samudera
kehidupan raya menuju pelabuhan kehidupan yang berhasil dan sukacita.Jika perkataan
tidak diubah menjadi perbuatan, maka manusia akan tenggelam dihempas badai
topan kehidupan.Perumpamaan pembangun
rumah pada akhir Khotbah Yesus di bukit menggoreskan pesan bahwa pelaku
perkataan Yesus akan bertahan menghadapi gelombang kehidupan dalam
perjalanannya mengikut Yesus karena ia berdiri pada pondasi yang teguh. Ia
teguh berdiri karena tempatnya berpijak tidak lain adalah hidup yang melakukan
perkataan Yesus. Tentunya hal ini tidak mudah, bagaimana kita bisa melakukan
perkataan Yesus, sungguh sulit bukan, apakah saya dapat memaafkan dia, apakah
saya harus jujur kepadanya, apakah saya tidak boleh mendendam, apakah saya
tidak boleh marah...jemaat Tuhan, ini Sungguh sangat sulit namun jika kita mau
terus mencoba dan berlatih maka kita akan bisa melakukan perkataan Yesus.. Sama
seperti kehidupan manusia lainnya, latihan menjadi kunci keberhasilan. Atlit
yang ingin sukses meraih medali emas atau memecahkan rekor dunia harus berlatih
keras. Musisi yang handal lahir melalui latihan keras yang dijalaninya.
Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Latihan rohani yang terus menerus
membawa seseorang ke tingkat spiritualitas atau tingkat kerohanian yang lebih
dalam. Itu karena ia terus membagi waktu untuk membaca dan merenungkan Firman
Tuhan itu, sehingga ia dapat melakukannya. Saudara –saudari, salah seorang
tokoh terbesar Hindu yang berasal dari India, Mahatma Gandhi, dia merupakan
seorang tokoh yang turut melahirkan agama hindu, beberapa waktu sebelum ia
meninggal, ia sempat di panggil untuk memberikan ceramah di sebuah universitas
nomor satu di amerika. Yaitu OXFOR, setelah selesai ceramah, ia di tanya oleh
seorang mahasiswa, ia bertanya “ Bapak Gandi, kenapa hampir seluruh ajaran
anda, anda memakai khotbah di bukit sebagai dasar ajaran anda...... ia langsung
terdiam sesaat.... lalu ia kembali melihat seorang mahasiswa itu dan
berkata...”untuk menjadi pengikut Kristus...saya tidak perlu menjadi
Kristen.... saudara kenapa dia berkata
seperti itu, memang dia adalah pengikut Kristus, namun ia kecewa dengan orang –
orang Kristen Inggris yang menjajah pada saat itu di India, dia tidak di
ijinkan masuk ke gereja hanya karena ia miskin, sejak itu ia benci dengan orang
Kristen, namun ia di akhir hidupnya pada saat ia meninggal, ia menyanyi sebuah
lagu bahwa ia tetap setia untuk mengikut Kristus sampai mati! Saudara kita
memang berkata bahwa kita adalah orang Kristen, tapi pertanyaannya adalah hidup
kita sudah sesuaikah dengan kata Kristen itu, kata Kristen itu berarti pengikut
Kristus, di dalam ayat yang sebelumnya berkata ayat 21. “ Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga! Jadi saudaraku,
lakukanlah firman Tuhan maka saudara akan memperoleh sukacita dan kedamaian di
dunia ini, bahkan anda akan turut masuk ke dalam kerajaan Sorga. Tuhan Yesus
memberkati.Soli Deo Gloria... Aminnn