Minggu, 24 Februari 2013

khotbah di tempt pelayanan


Teks     : Matius 7 :24 – 27
Tema   : Murid Sebagai pelaku Perkataan Yesus

           
Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, jika kita ditanya sudah berapa kalikah kita mendengarkan khotbah sampai saat ini, yah mungkin 100, 200 atau mungkin 1000, tapi pertanyaan selanjutnya, dari seribu khotbah yang telah kita dengar sampai saat ini, berapa khotbah yang saat ini masih kita ingat, 500, 100, ataw heem terlalu besar, yah 10, 9, 8 ataw hanya khotbah minggu kemarin yang kita ingat.... saudara-saudari dari penelitian yang saya lihat ternyata, hampir sama sekali kita jarang bahkan malah lupa setiap khotbah yang telah kita dengar, ehmm menurut saya, tidak apa-apa tetapi jika ditanya lagi, berapa khotbah yang telah mengubah saudara itu baru luar biasa, yah kalo hanya mengingat gak apa-apalah luppa, tapi apakah kita telah diubah ataw tidak melalui  setiap khotbah itu, itulah yang penting?...
 Isi
            Jemaat yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Fokus pembacaan kita pada hari ini di dalam perumpamaan adalah dua orang yang membangun rumah, bukan pada dua macam dasar rumah atau pada tipe rumah yang dibangun atau dua keadaan akhir rumah. Karena menurut saya yang penting ialah dua orangnya dua karakternya ataw dua pribadinya, karena yang membangun itu jelas adalah pribadi-pribadinya, oleh karena itu kita akan belajar dari dua karakter ataw pribadi dua orang tersebut dan inilah sebenarnya kunci untuk mengerti setiap perumpamaan Yesus.
Di dalam perumpamaan dijumpai dua karakter pembangun rumah. Pembangun rumah pertama menyadari bahwa penetapan fondasi menentukan masa depan rumah. Orang itu mendirikan rumahnya di atas batu karena menyadari akan datangnya hujan, banjir dan angin. Oleh karena itu Membuat keputusan untuk membangun rumah di atas batu merupakan keputusan tepat. Karakter pembangun rumah pertama disebut bijaksana karena menyadari masa depan rumah yang dibangunnya ditentukan dari sekarang. Pembangun rumah pertama dikatakan bijaksana karena melihat jauh ke depan dan tidak terbatas pada keadaan masa kini. Mungkin keadaan masa kini aman-aman saja. Namun ia dapat melihat buhkan keadaan masa kini saja, tetapi masa depan. Dan terbukti Kebijaksanaannya terlihat saat ia mampu mengantisipasi datangnya berbagai bencana yang akan melanda rumahnya. Hal-hal yang akan menghancurkan rumah sudah diperhitungkan sejak awal ia membangun rumah. Fondasi rumah yang dipilih sekarang menentukan akhir sejarah rumah yang dibangun. Fondasi rumah yang kukuh mampu memberi respons tepat ketika datang hujan dan badai. Rumah mampu bertahan menghadapi hujan, banjir dan angin dan berdiri teguh karena fondasi yang kuat mampu mendukung beban berat yang ditimbulkannya. Inilah alasan mengapa pembangun pertama memilih fondasi batu untuk dasar rumahnya. Artinya ialah Karakter bijaksana membangun rumahnya di atas fondasi batu untuk mengantisipasi datangnya krisis. Ia tidak hanya melihat ke depan tetapi melihat bencana di masa depan.

Berbeda dengan karakter pertama, karakter kedua membangun rumahnya di atas pasir. Pembangun rumah kedua tidak merasa perlu membangun rumah di atas batu karena tidak merasa perlu memperhitungkan adanya bencana. Penglihatannya terbatas pada masa pembangunan rumah saja. Ia tidak melihat perlunya persiapan menghadapi bencana. Datangnya hujan, badai dan angin dianggap sepi. Ia tidak merasa perlu melakukan persiapan menghadapi krisis. Ia tidak memilih fondasi batu tetapi fondasi pasir. Memang benar ketika suasana biasa-biasa saja rumah itu teguh berdiri. Karakter kedua membangun rumah diatas fondasi pasir. Fondasi ringkih akan menghancurkan rumah saat diterpa hujan, badai dan angin. Inilah mengapa karakter kedua disebut bodoh. Ia bodoh bukan karena memilih pasir sebagai pondasi rumah. Tanpa hujan, badan dan angin kedua rumah tegak berdiri.Karakter keduadisebut bodoh karena ia menutup mata terhadap datangnya krisis di masa depan.Ia tidak mengantisipasi datangnya masa depan.
 Jemaat Tuhan, kita dapat melihat Karakter-karakter dalam perumpamaan pembangun rumah yang disebut orang bijaksana atau orang bodoh karena perbedaan melihat masa depan. Orang yang bijaksana membangun di atas batu, sedang yang bodoh membangun diatas pasir. Perbedaan dasar keduanya baru terungkap ketika bencana melanda masing-masing rumah yang dibangun. Disamping perbedaan antara karakter bodoh dan bijak, persamaan keduanya juga terlihat. Mereka sama-sama membangun rumah. Nampaknya kualitas bangunan keduanya tidak berbeda. Kedua rumah berdiri tegak sampai hujan, badai dan angin datang menerpa kedua rumah. Rumah orang bodoh hancur disebabkan fondasinya. Rumah orang bijaksana tetap teguh. Bijaksana karena memperhitungkan adanya bencana di masa depan. Bijaksana karena memersiapkan diri menghadapi bencana dan bodoh karena mengabaikan kemungkinan adanya bencana.
 Kira-kira- jika saya bertanya kepada setiap kita, karakter manakah yang saudara pilih, atau karakter manakah yang kita miliki, tentu dari beberapa kita ada yang ahli bangunan, sehingga ia pasti tahu karakter mana yang benar. Jemaat yang terkasih, mengikut Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah, barang siapa yang mau mengikut Aku ia harus memikul salibku.... Tuhan tidak menjanjikan sukacita didunia ini, tetapi ia memberikan anda dan saya hadia yang begitu mulia, yaitu salib. Setiap orang yang mau memikul salib ialah mereka yang mau melakukan Firman itu di dalam hidupnya sehari-hari. Baik pada saat kita bekerja dan berusaha, lakukan lah firman itu..jangan sampai kesibukan kita, baik itu ke ladang, ngederes karet, atau yang lainnya membuat kita lupa dengan firman Tuhan, maka jelas jika kita sampai lupa Tuhan, yang kita kerjakan ialah untuk kepuasaan diri kita sendiri dan mamon, yaitu harta yang menguasai kita. Firman Tuhan berkata “ dimata harta mu berada disitu juga hatimu berada” inilah yang terjadi jika hati kita telah dikuasai mamon sehingga, kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan lagi kepada Tuhan. Walaupun nanti kita dapat harta yang melimpah tapi jelas, kita tdak akan memiliki kebahagiaan. Kebahagiaan yang sejati hanya ada di dalam firman Tuhan yang kita baca, renungkan dan lakukan. Amiiin
Artinya ialah  Mendengarkan khotbah Yesus menuntut suatu jawaban dalam bentuk tindakan nyata. Khotbah Yesus bukan untuk didengar saja, tetapi terutama untuk dilakukan dalam kehidupan di dunia. Perkataan Yesus yang didengar harus diterjemahkan ke dalam bentuk perbuatan sehari-hari. .Ini juga respons yang diharapkan muncul dalam hidup murid Yesus setelah mendengar khotbah-Nya. Hanya dengan melakukan perkataan Yesus seorang murid dapat mengarungi bahtera kehidupan dengan selamat dan bahagia. PerkataanYesus harus  di ubah menjadi perbuatan. Perubahan  perkataan menjadi perbuatan bagaikan perahu yang membawa murid Yesus melintasi ganasnya gelombang samudera kehidupan raya menuju pelabuhan kehidupan yang berhasil dan sukacita.Jika perkataan tidak diubah menjadi perbuatan, maka manusia akan tenggelam dihempas badai topan kehidupan.Perumpamaan pembangun rumah pada akhir Khotbah Yesus di bukit menggoreskan pesan bahwa pelaku perkataan Yesus akan bertahan menghadapi gelombang kehidupan dalam perjalanannya mengikut Yesus karena ia berdiri pada pondasi yang teguh. Ia teguh berdiri karena tempatnya berpijak tidak lain adalah hidup yang melakukan perkataan Yesus. Tentunya hal ini tidak mudah, bagaimana kita bisa melakukan perkataan Yesus, sungguh sulit bukan, apakah saya dapat memaafkan dia, apakah saya harus jujur kepadanya, apakah saya tidak boleh mendendam, apakah saya tidak boleh marah...jemaat Tuhan, ini Sungguh sangat sulit namun jika kita mau terus mencoba dan berlatih maka kita akan bisa melakukan perkataan Yesus.. Sama seperti kehidupan manusia lainnya, latihan menjadi kunci keberhasilan. Atlit yang ingin sukses meraih medali emas atau memecahkan rekor dunia harus berlatih keras. Musisi yang handal lahir melalui latihan keras yang dijalaninya. Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Latihan rohani yang terus menerus membawa seseorang ke tingkat spiritualitas atau tingkat kerohanian yang lebih dalam. Itu karena ia terus membagi waktu untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan itu, sehingga ia dapat melakukannya. Saudara –saudari, salah seorang tokoh terbesar Hindu yang berasal dari India, Mahatma Gandhi, dia merupakan seorang tokoh yang turut melahirkan agama hindu, beberapa waktu sebelum ia meninggal, ia sempat di panggil untuk memberikan ceramah di sebuah universitas nomor satu di amerika. Yaitu OXFOR, setelah selesai ceramah, ia di tanya oleh seorang mahasiswa, ia bertanya “ Bapak Gandi, kenapa hampir seluruh ajaran anda, anda memakai khotbah di bukit sebagai dasar ajaran anda...... ia langsung terdiam sesaat.... lalu ia kembali melihat seorang mahasiswa itu dan berkata...”untuk menjadi pengikut Kristus...saya tidak perlu menjadi Kristen.... saudara  kenapa dia berkata seperti itu, memang dia adalah pengikut Kristus, namun ia kecewa dengan orang – orang Kristen Inggris yang menjajah pada saat itu di India, dia tidak di ijinkan masuk ke gereja hanya karena ia miskin, sejak itu ia benci dengan orang Kristen, namun ia di akhir hidupnya pada saat ia meninggal, ia menyanyi sebuah lagu bahwa ia tetap setia untuk mengikut Kristus sampai mati! Saudara kita memang berkata bahwa kita adalah orang Kristen, tapi pertanyaannya adalah hidup kita sudah sesuaikah dengan kata Kristen itu, kata Kristen itu berarti pengikut Kristus, di dalam ayat yang sebelumnya berkata ayat 21. “ Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga! Jadi saudaraku, lakukanlah firman Tuhan maka saudara akan memperoleh sukacita dan kedamaian di dunia ini, bahkan anda akan turut masuk ke dalam kerajaan Sorga. Tuhan Yesus memberkati.Soli Deo Gloria... Aminnn




Teladan Ketaatan Kristus kepada para Murid-Nya
(Matius 17:22-27)
 Khotbah di KAMPUS STT

Pendahuluan
            Saudara-saudarayang terkasih, saya yakin beberapa  kita di tempat ini pasti pernah nonton sebuah film berjudul SKY of LOVE atau juga  A Moment do Remember, ?.. ternyata  film ini sangat menyentuh hati saya. cerita film ini cukup sederhana namun pesan dari film ini cukup mendalam, bahwa waktu untuk hidup dari salah satu pasangan kekasih mereka hanya singkat dikarenakan sakit yang di alami oleh salah satu pasangan. Namun mereka dapat mengisi sisa kebersamaan mereka dengan cinta yang sejati dan tulus, sehingga cinta itu menjadikan cinta mereka menjadi cinta yang abadi. Menarik sekali....
Isi
            Di dalam teks ini ada dua hal yang menjadi teladan Kristus untuk kita pelajari dari dari karakternya, teladan yang pertama dari karakter Kristus ialah taat atas situasi yang akan di alaminya  (22-23). Dalam ayat ini terlihat bahwa Yesus tahu akan apa yang di alaminya, penderitaan, penganiyayaan dan juga kematian yang akan di hadapinya, namun di masa-masa  menjelang penderitaan dan kematianNya, Ia tetap tegar, tetap fokus untuk mengisi sisa-sisa hidupNya yang berharga memberikan teladan dan pengajaran  kepada  murid-muridNya, Dia tahu bahwa waktuNya sangat terbatas dengan para Muridnya, oleh karena itu perkataan yang di ucapkanNya sebenarnya sebagai penguatan bagi diriNya dan semangat untuk mengisi sisa-sisa waktunya bersama dengan para muridNya. Demikian juga dengan para muridNya, mendengar perkataan itu mereka menjadi sedih. Mereka tahu bahwa waktu bersama dengan Kristus hanya sementara. Oleh karena itu perkataan Kristus mengingatkan mereka dan menyadarkan  mereka agar mereka dapat sungguh-sungguh mengikutNya, sehingga iman mereka kuat, tidak seperti dalam peristiwa di teks sebelumnya yang diminta untuk menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan namun mereka tidak mampu itu dikarenakan karena mereka tidak sungguh-sungguh. Dan  teladanyang kedua dari karakter Kristus ialah taat pada peraturan yang telah di tetapkan (24-27). Biasanya peraturan di buat untuk di.. langgar, namun sebenarnya  dan memang benar peraturan dibuat agar kita tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,  mana yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat, mana yang berguna dan mana yang tidak berguna. Di dalam teks ini, terlihat ketika Yesus di perhadapkan dengan peraturan yang telah dibuat. Yaitu tentang membayar bea/pajak bagi Bait Allah. peraturannya ialah bagi setiap warga Yahudi yang sudah umur 20 tahun keatas di wajibkan untuk membayar bea setiap tahun / setahun sekali  bagi pemeliharaan Bait Allah, ini merupakan kebanggaan orang Yahudi ketika mereka membayar bea. Ini juga sama dengan kita, jika kita sudah dewasa dan memiliki pekerjaan, pasti kita akan membayar persepuluhan bagi gereja. Dan biasanya kita senang dapat memberi kepada gereja. Tuhan Yesus pun begitu, Ia tidak memamerkan diri kalau Ia adalah Allah pemilik Rumah itu, namun Ia ingin menunjukkan bahwa Ia pun taat pada peraturan itu dan membayarnya. Suatu sikap yang baik, yang sebenarnya harus ditiru oleh kita. Jika kita sudah kerja wajib bagi kita untuk memberi juga kepada gereja, karena dengan memberikan bea/ persepuluhan akan membantu pemeliharaan Bait Allah atau gereja dan juga untuk membantu pelayanan Kristus di dunia ini. Jangan sampai berkat yang kita terima bagi kebutuhan hidup kita saja dan memperkaya diri. Sehingga kita akan mendapatkan sakit penyakit dan yang lainnya. saudaraku, Kristus taat pada peraturan, selama di dunia ini, Ia tidak pernah lalai mematuhinya. Ia katakan, apa yang menjadi milik kaisar berikanlah kepada kaisar, dan kepada Tuhan, berikanlah kepada Tuhan. Taat pada peraturan di dunia ini dan juga taat pada Tuhan. Nah bagaimana dengan kita?.....
Aplikasi
            Dua teladan ini yang sebenarnya Kristus ajarkan di dalam teks ini bagi kita, yang pertama, Ia ingin agar kita tetap kuat di dalam menghadapi setiap pergumulan yang mungkin sangat memberatkan kita. Tidak peduli seberapa besar tantangan yang kita harus hadapi, mungkin tunggakan bayaran  setahun , dua tahun, hingga kita berpikir pasti dikeluarkan, namun yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Ia tahu bahwa Ia harus mengalami penderitaan dan penganiyayaan bahkan kematian “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuhNya”. Namun Ia tetap taat dan berusaha mengisi sisa hidupNya  dan menggunakan dengan sebaiknya. Bagaimana dengan kita, saya dan saudara, sudahkah kita mengisi sisa hidup kita dengan baik, apakah kita telah memakai waktu yang singkat di Kampus ini dengan baik. Waktu 5 tahun amatlah singkat, namun waktu yang singkat di tempat ini akan menentukan kedepan jadi apakah kita nanti, di tentukan selama kita di tempat ini. Tuhan Yesus tahu waktuNya hanya sebentar, namun waktu yang singkat 3 setengah tahun bersama dengan para muridNya tidak sia-sia, akhirnya Injil dapat tersebar sampai di tempat ini.  demikian juga dengan kita, jika kita sungguh-sungguh mau taat menggunakan waktu kita di sini, Tuhan akan memakai kita menjadi berkat, menjadi alat-Nya dimanapun. Dan yang kedua, teladan Kristus, ialah ketaatanNya pada peraturan yang ada, di suruh membayar bea Bait Allah Ia membayar, di suruh bayar pajak kepada Kaisar Ia bayar, Ia sama sekali tidak melarang dan melawan, namun Ia memberikan contoh kepada para muridNya agar taat pada peraturan yang ada dan terlebih taat pada Kristus. Di kampus kita ada banyak sekali peraturan yang dibuat, tentunya maksudnya baik untuk menolong kita agar kita dapat dibentuk di tempat ini. terus terang saja saudara, pergumulan yang berat untuk saya dapat menaati peraturan di tempat ini.hidup hampir 20 thun di luar rumah, tanpa didikan dari orang tua, hidup bebas sehingga itulah yang membuat saya bergumul menaati peraturan di tempat ini. sehingga sering sekali kalau teman-teman liat saya sering terlambat makan, namun saya tetap menerima hukumannya yaitu kurve. Saya tahu jika saya melanggar berarti saya siap menerima konsekuensinya.demikian juga dengan kita, selama kita di sini taatlah pada peraturan sebab itu akan menolong kita di dalam pelayanan nanti, mungkin saat ini tidak kita rasakan namun, kita akan rasakan ketika kita keluar dari kampus ini. penyesalan biasanya datang setelah terjadi, saya harap kita tidak seperti itu. saudaraku akan terasa bangga jika kita lulus bukan hanya nilai yang kita dapat, tapi juga dengan kebanggaan jika kita dapat lulus di tempat ini dengan menaati atau taat pada peraturan yang ada. Berat memang, tapi itulah seperti mata kuliah, jika kita sungguh2 maka kita akan mendapat nilai yang bagus, demikian juga dengan ketaatan kita, jika kita sungguh2 maka kita akan berhasil dan memiliki karakter yang baik. Selamat berjuang. Soli Deo Gloria. Amin

Senin, 18 Februari 2013

menjadi garam dan terang Matius 5:13-16



Tema  : Menjadi Garam dan Terang di dunia
Teks    : Matius 5: 13-16

Pendahuluan
            Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, sebelum membahas ayat ini, saya ingin bertanya kepada kita semua dan biarlah pertanyaan ini menjadi perenungan bagi kita dalam kita merenunkan firman Tuhan pada saat ini.pertanyaannya adalah; apakah tujuan utama hidup dari orang Kristen (orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus) di dunia ini?.... Apakah menjadi orang yang sukses, yang mendapatkan kedudukan dan jabatan yang tinggi serta memiliki harta yang melimpah, atau dapat membangun suatu bangunan yang megah yang dapat dikenang dan dipuji oleh setiap orang, atau  mendapatkan titel  atau gelar yang setinggi-tingginya ???. Saudara –saudari, tidak salah kalau kita dapat melakukan hal-hal seperti itu. Namun jika itu yang menjadi tujuan hidup yang utama dari setiap orang percaya, maka saya yakin hidup seperti itu tidak ada maknanya sama sekali bahkan itu boleh dikatakan menjadi sia-sia. Jadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah tujuan utama dari hidup manusia di dunia ini, sehingga hidup  itu menjadi bermakna dan bernilai kekal di dunia ini?....jawabannya adalah hidup ini akan menjadi bermakna dan bernilai kekal jika saudara-saudari dapat menjadi garam dan terang di dunia ini. Oleh karena itu, tema perenungan firman Tuhan pada saat ini adalah “menjadi garam dan terang di dunia ini”.
Isi
            Saudara-saudari,  di dalam ayat ini, kata pertama yang digunakan ialah kata ‘Kamu’, yang menunjuk kepada para pengikutnya yang pada saat itu mendengarkan tentang khotbahNya di Bukit. Dalam hal ini kata kamu dikaitkan dengan garam dunia “ Kamu adalah garam dunia”. Dengan mengatakan bahwa ‘kamu adalah garam dunia’ menunjukkan bahwa Tuhan Yesus memberikan pujian serta penghargaan yang terbesar bagi setiap orang yang percaya kepadaNya dan sekaligus ingin menunjukkan bagaimana peranan orang percaya itu, yaitu kamu di dunia ini dapat menjadi garam. Dalam istilah menjadi garam, bukan berarti kita adalah garam yang sesungguhnya. Namun yang menjadi pertannyaan bagi kita, adalah kenapa Tuhan Yesus mengatakan bahwa kamu adalah garam?...  bukankah garam itu rasanya asin, yang biasanya digunakan untuk masak atau juga sebagai pengawet makanan khususnya daging pada saat itu?... ternyata tepat, sesuai dengan fungsinya garam itu pada jaman dahulu begitu sangat dibutuhkan oleh setiap orang, bahkan sampai sekarang pun garam itu menjadi hal yang penting untuk digunakan khususnya oleh kaum ibu, untuk di dapur. Fungsi utama dari garam itu ialah sebagai penyedap rasa dalam masakan. Tanpa garam maka,  makanan yang dimasak akan terasa hambar atau tidak menjadi sedap untuk dimakan, selain itu, garam pun sangat berfunsi untuk mengawetkan makanan, misalnya daging atau ikan, pada saat itu memang belum ada kulkas untuk mengawetkan makanan sehingga garam sangat bermanfaat untuk mengawetkan daging dan ikan, karena jika tidak di taruh garam, maka daging itu akan menjadi busuk.
            Dalam metafora ini Tuhan Yesus menggambarkan bahwa dalam mengikut Dia, maka kamu yang adalah orang percaya haruslah menjadi seperti garam, menjadi seperti garam sesuai dengan fungsi dari garam itu, yaitu dapat memberi rasa kepada dunia yang tawar ini serta dapat meresap didunia ini sehingga dunia ini tidak menjadi busuk oleh kejahatannya.
            Kemudian selain menjadi garam, “kamu adalah terang”. Rumah-rumah di Palestina, tempat Yesus pada saat itu mengajar, semua rumah sangat gelap, karena biasanya hanya mempunyai satu jendela kecil dengan garis tengah kira-kira 30-40 cm saja. Pelita yang dipakai di rumah-rumah itu berbentuk seperti perahu kecil yang diisi minyak, dengan sumbu yang terapung. Biasanya pelita itu ditempatkan pada sebuah tiang kecil (dian), yang terbuat dari potongan dahan kayu. Dengan demikian maka pelita itu akan terlihat. Jelaslah bahwa fungsi utama dari pelita itu ialah untuk dapat dilihat dan dapat menyinari kegelapan sehingga menjadi terang. gambaran tentang pelita inilah yang di ambil oleh Yesus dalam hal Dia mengajarkan tentang peran dari setiap pengikutnya.
 Saudaraku pengunkapan tentang terang mengunkapkan hakekat terbesar dari diri setiap orang percaya/pengikutNya. Mengapa? Karena di situ Yesus memerintahkan agar orang percaya menjadi sesuatu yang sebenarnya merupakan hakekat Yesus sendiri. Yesus adalah terang, dan orang percaya/ pengikutNya diperintahkan untuk menjadi terang itu. Yesus mengatakan “selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia” (Yoh 9:5). Kalau Yesus memerintahkan agar para pengikutnya menjadi terang dunia, maka Ia sebenarnya memerintahkan agar mereka menjadi sama dengan diri Yesus sendiri yang adalah terang itu.
           
Jemaat yang terkasih, kedua gambaran ini menunjukkan peran dari setiap orang percaya di dunia ini. Sebagai orang percaya kita harus meresap kedalam masyarakat disekitar kita bahkan yang tidak seiman dengan kita. Kendati secara rohani dan moral berbeda, kita tidak boleh terpisah secara sosial. Sebaliknya “hendaklah terangmu bercahaya”. Artinya, biarkan teranmu merasuki kegelapan itu. Yesus melanjutkan, jangan menyalahkan pelita dan meletakkannya di bawah tempat tidurmu atau pada lemari yang gelap. Sebaliknya letakkan pelitamu pada kaki dian dan biarkan terangnya bercahaya keluar. Dengan kata lain, biarlah kabar baik tentang Yesus Kristus, yang adalah terang dunia, menyebar keseluruh masyarakat, dengan perkataan maupun dengan perbuatan anda yang baik. Serupa dengan itu, garam juga harus meresapi daging. Pelita tak berguna jika disimpan di dalam lemari, dan garam tak berguna jika masih berada di wadahnya. Terang harus bercahaya bagi kegelapan dan garam harus meresap ke dalam daging. Kedua model ini menggambarkan proses penetrasi dan mengundang kita untuk meresapi masyarakat. Namun masih banyak di antara kita yang bersembunyi dalam lemari kecil kita yang gelap dan tinggal diam di dalam wadah garam kecil dan yang cantik yang kita sebut gereja.
Aplikasi.
            Saudaraku Kekristenan itu tidak boleh terlihat hanya di dalam gereja. Kekristenan yang pengaruhnya yang hanya terasa di dalam gereja tidaklah bermanfaat. Kekristenan seharusnya terlihat nyata di dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Kekristenan kita haruslah nampak  di dalam cara kita memperlakukan para penjual sayur di pasar, cara kita berbelanja jangan dengan sikap yang sombong dan ankuh, cara kita memperlakukan bawahan kita atau atasan kita, cara kita bergaul setiap hari, cara kita berbicara, hilangilah kata-kata kotor. Kekristenan yang nampak haruslah sama dengan kekristenan yang dinampakkan di tempat kerja, di sekolahan, di pasar, di lingkungan pergaulan kita, di dunia bisnis bahkan di dalam keluarga kita serta dimana saja kita berada. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa kamu adalah terang gereja dan garam gereja, melainkan Ia mengatakan bahwa “kamu adalah terang dan garam dunia”. Karena itu di dalam kehidupan orang Kristen haruslah nampak jelas dan dapat dilihat oleh semua orang.  Seorang teolog besar (John Stott) berkata; “ jangan bertanya kenapa dunia ini semakin gelap, tetapi bertanyalah dimanakah terangnya, jangan bertanya kenapa dunia ini semakin busuk tetapi bertanyalah dimanakah garamnya”.  Jika masyarakat di sekitar kita melakukan korupsi, kejahatan yang semakin meningkat  bahkan pertikaian yang tiada habisnya di lingkungan kita, Bahkan di negara kita, tidak masuk akal untuk menyalahkan masyarakat yang melakukan itu. Pertanyaan yang harus diajukan ialah di manakah gereja?...dimanakah garam dan terang Yesus?. Sungguh munafik untuk mengankat alis dan bahu kita, seolah-olah itu semua bukan tanggung jawab kita. Padahal jelas sekali, Yesus meminta kita menjadi garam dan terang bagi masyarakat dimana kita berada. Karena itu jika kegelapan dan kebusukan berkembang disekitar kita, sebagian besar adalah akibat kesalahan kita, dan kita harus mengakui kesalahan itu. Oleh karena itu, menjadi garam dan terang merupakan bagian utama dari hidup setiap orang percaya, sebab jika kita tidak menjadi garam dan terang bagi dunia ini, maka sia-sialah hidup kita di dunia ini. Melalui perenungan ini biarlah kita sebagai orang percaya yang hidup di dunia yang membutuhkan garam dan terang dari kita, biarlah kita dapat melakukannya selama kita hidup di dunia ini, sehingga dengan menjadi garam dan terang, nama Tuhan Yesus dipermuliakan melalui kita. Selamat menjadi garam dan terang dunia dimana saudara berada . Soli Deo Gloria